Pendekatan Sektoral dan Regional Pembangunan
Pembangunan wilayah merupakan salah satu kunci maju tidaknya sebuah negara. Perencanaan pembangunan wilayah baiknya menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan sektoral dan pendekatan regional.
Pendekatan sektoral biasanya bersifat less spatial atau kurang memperhatikan aspek ruang secara keseluruhan, sementara pendekatan regional lebih bersifat spasial dan merupakan jembatan untuk mengaitkan perencanaan pembangunan dengan tata ruang.
Dari sudut pandang regional, pengelompokkan dapat dilakukan atas dasar batas administrasi pemerintahan seperti kabupaten/kota, kecamatan dan kelurahan/desa.
1. Pendekatan Sektoral
Pendekatan sektoral adalah suatu pendekatan dimana seluruh kegiatan ekonomi didalam wilayah perencanaan dikelompokkan atas dasar sektor-sektor (contoh sektor jasa, pertanian, perkebunan, industri).
Selanjutnya setiap sektor dianalisa satu persatu secara lebih mendalam. Setiap sektor dilihat potensi dan peluangnya kemudian menetapkan apa yang dapat ditingkatkan dan dimana lokasi kegiatan peningkatan tersebut.
Contoh untuk analisa sektor pertanian, dapat dibagi menjadi subsektor seperti tanaman pangan, palawija, buah-buahan dan perkebunan besar.
Setiap subsektor memiliki komoditas masing-masing. Untuk masing-masing subsektor dapat diperinci lagi atas komoditas yang dominan. Misalnya untuk subsektor bahan makanan dapat diperinci atas komoditi beras, kacangan-kacangan dan sayuran.
Dalam pendekatan sektoral untuk tiap sektor seharusnya dibuat analisis yang mendalam mengenai komoditas tersebut.
a. Sektor apa yang punya nilai keuntungan kompetitif di wilayah tersebut yang dapat bersaing di pasar global.
b. Sektor apa yang bersifat basis dan non basis
c. Sektor apa yang memiliki nilai tambah yang tinggi
d. Sektor apa yang banyak menyerap tenaga kerja
Atas dasar berbagai kriteria komoditas apa yang perlu dikembangkan di wilayah tersebut berdasarkan sasaran yang ingin dicapai. Penetapan skala prioritas sangat diperlukan dalam perencanaan pembangunan wilayah.
2. Pendekatan Regional
Pendekatan regional memperhatikan penggunaan ruang untuk kegiatan produksi atau jasa dan juga memprediksi arah konsentrasi kegiatan dan memperkirakan kebutuhan fasilitas untuk masing-masing konsentrasi serta merencanakan jaring-jaring penghubung sehingga berbagai konsentrasi kegiatan dapat dihubungkan secara efisien.
Pendekatan regional merupakan pendekatan yang memandang wilayah sebagai kumpulan dari bagian-bagian wilayah yang lebih kecil dengan segenap potensi dan daya tariknya masing-masing.
Pendekatan regional seharusnya dapat menjawab berbagai pertanyaan yang belum terjawab, jika hanya menggunakan pendekatan sektoral seperti:
a. Lokasi dan berbagai kegiatan ekonomi yang akan mengalami perkembangan.
b. Penyebaran penduduk di masa yang akan datang dan kemungkinan munculnya pusat pertumbuhan baru.
c. Adanya perubahan pada struktur ruang wilayah dan prasarana yang perlu dibangun untuk mendukungn perubahan struktur ruang tersebut.
d. Perlunya penyediaan berbagai fasilitas sosial yang seimbang pada pusat pemukiman dan pusat berbagai kegiatan ekonomi.
e. Perencanaan jaringan penghubung yang akan menghubungkan berbagai kegiatan atau pemukiman secara efektif dan efisien. Baca juga: Fungsi desa sebagai hinterland
Gambar: disini
Pendekatan sektoral biasanya bersifat less spatial atau kurang memperhatikan aspek ruang secara keseluruhan, sementara pendekatan regional lebih bersifat spasial dan merupakan jembatan untuk mengaitkan perencanaan pembangunan dengan tata ruang.
Dari sudut pandang regional, pengelompokkan dapat dilakukan atas dasar batas administrasi pemerintahan seperti kabupaten/kota, kecamatan dan kelurahan/desa.
1. Pendekatan Sektoral
Pendekatan sektoral adalah suatu pendekatan dimana seluruh kegiatan ekonomi didalam wilayah perencanaan dikelompokkan atas dasar sektor-sektor (contoh sektor jasa, pertanian, perkebunan, industri).
Selanjutnya setiap sektor dianalisa satu persatu secara lebih mendalam. Setiap sektor dilihat potensi dan peluangnya kemudian menetapkan apa yang dapat ditingkatkan dan dimana lokasi kegiatan peningkatan tersebut.
Contoh untuk analisa sektor pertanian, dapat dibagi menjadi subsektor seperti tanaman pangan, palawija, buah-buahan dan perkebunan besar.
Setiap subsektor memiliki komoditas masing-masing. Untuk masing-masing subsektor dapat diperinci lagi atas komoditas yang dominan. Misalnya untuk subsektor bahan makanan dapat diperinci atas komoditi beras, kacangan-kacangan dan sayuran.
Dalam pendekatan sektoral untuk tiap sektor seharusnya dibuat analisis yang mendalam mengenai komoditas tersebut.
a. Sektor apa yang punya nilai keuntungan kompetitif di wilayah tersebut yang dapat bersaing di pasar global.
b. Sektor apa yang bersifat basis dan non basis
c. Sektor apa yang memiliki nilai tambah yang tinggi
d. Sektor apa yang banyak menyerap tenaga kerja
Atas dasar berbagai kriteria komoditas apa yang perlu dikembangkan di wilayah tersebut berdasarkan sasaran yang ingin dicapai. Penetapan skala prioritas sangat diperlukan dalam perencanaan pembangunan wilayah.
Pembangunan jalan tol mempercepat pertumbuhan ekonomi regional |
Pendekatan regional memperhatikan penggunaan ruang untuk kegiatan produksi atau jasa dan juga memprediksi arah konsentrasi kegiatan dan memperkirakan kebutuhan fasilitas untuk masing-masing konsentrasi serta merencanakan jaring-jaring penghubung sehingga berbagai konsentrasi kegiatan dapat dihubungkan secara efisien.
Pendekatan regional merupakan pendekatan yang memandang wilayah sebagai kumpulan dari bagian-bagian wilayah yang lebih kecil dengan segenap potensi dan daya tariknya masing-masing.
Pendekatan regional seharusnya dapat menjawab berbagai pertanyaan yang belum terjawab, jika hanya menggunakan pendekatan sektoral seperti:
a. Lokasi dan berbagai kegiatan ekonomi yang akan mengalami perkembangan.
b. Penyebaran penduduk di masa yang akan datang dan kemungkinan munculnya pusat pertumbuhan baru.
c. Adanya perubahan pada struktur ruang wilayah dan prasarana yang perlu dibangun untuk mendukungn perubahan struktur ruang tersebut.
d. Perlunya penyediaan berbagai fasilitas sosial yang seimbang pada pusat pemukiman dan pusat berbagai kegiatan ekonomi.
e. Perencanaan jaringan penghubung yang akan menghubungkan berbagai kegiatan atau pemukiman secara efektif dan efisien. Baca juga: Fungsi desa sebagai hinterland
Gambar: disini