Pentingnya Critical Thinking Dalam Pembelajaran dan Kehidupan
Critical thinking atau berpikir kritis adalah istilah yang sering kita denfar saat ini terutama di dunia pendidikan. Namun apakah semua orang belum memahami benar tentang arti dan cara menggunakan konsep tersebut.
Postingan ini akan sedikit tentang apa itu critical thinking dan mengapa sebagian orang masih mengabaikan tentang konsep tersebut.
Postingan ini akan sedikit tentang apa itu critical thinking dan mengapa sebagian orang masih mengabaikan tentang konsep tersebut.
Berpikir kritis dapat diartikan sebagai membuat sebuah penilaian yang logis, beralasan dan dipikirkan dengan baik. Ini merupakan cara berpikir dimana anda tidak hanya menerima semua argumen dan kesimpulan yang dijelaskan kepada anda, namun anda memiliki sikap untuk membuat argumen dan kesimpulan yang berbeda.
Hal ini membuat keinginan untuk mencari bukti pendukung terhadap suatu argumen atau kesimpulan tertentu. Orang yang menggunakan critical thinking adalah orang yang mengatakan hal-hal berikut: "Bagaimana kamu tahu tentang itu?", "Apakah itu kesimpulan hasil dari pembuktian atau perasaan saja?" dan "Apakah ada alternatif kemungkinan jika ada informasi baru?".
Secara umum, berpikir kritis terbagi menjadi tiga keterampilan berikut:
- Curiosity atau keingintahuan, merupakan keinginan untuk mempelajari lebih banyak informasi dan mencari bukti dan terbuka terhadap gagasan baru.
- Skepticism atau skeptis, merupakan sikap tidak mudah mempercayai semua informasi yang datang kepada anda. Sikap ini merupakan benteng akal sehat agar ketika informasi diterima ia membuat pertanyaan terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan.
- Humility atau kerendahan hati, merupakan kemampuan untuk mngakui bahwa pendapat dan gagasan anda salah saat ditampilkan bukti baru yang membuktikan gagasan anda memang salah.
Menggunakan Critical Thinking
Banyak orang memutuskan untuk melakukan perubahan dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan anekdot atau cerita dari pengalaman orang.
Contoh katakanlah bahwa bibi anda memberitahu bahwa dia mengonsumsi suplemen vitamin C setiap hari. Selain itu dia mengatakan kepada anda bahwa pagi kemarin dia terlambat bekerja dan lupa tidak membawa vitamin C, lalu siangnya ia demam.
Contoh katakanlah bahwa bibi anda memberitahu bahwa dia mengonsumsi suplemen vitamin C setiap hari. Selain itu dia mengatakan kepada anda bahwa pagi kemarin dia terlambat bekerja dan lupa tidak membawa vitamin C, lalu siangnya ia demam.
Lantas bibi sekarang mengonsumsi vitamin C setiap hari karena jika tidak maka ia akan sakit. Banyak orang yang mendengar cerita ini mengambil kesimpulan bahwa "untuk menghindari sakit maka saya harus konsumsi vitamin C setiap hari"
Meskipun jenis logika tadi sangat umum namun itu jauh dari konsep berpikir kritis. Jika anda memeriksa anekdot ini lebih hati-hati, anda harus mengerti mengapa?. Pertama, kita tidak tahu darimana ide vitamin C dapat menghentikan penyakit?. Mengapa bibi memutuskan untuk mengonsumsi vitamin C daripada vitamin D atau vitaminnya?.
Terus, tidak pernah ada indikasi bahwa ada kaitan langsung antara tidak mengonsumsi vitamin C dengan sakit flu. Mungkin ada banyak variabel lain yang terlibat yang tidak ada kaitannya dengan vitamin C.
Mungkin saja dia sudah mulai menderita flu hari itu atau mungkin ia terpapar virus saat ia naik bis atau lainnya. Semua kemungkinan bisa terjadi dan dari sekedar cerita saja kita tidak mendapatkan cukup informasi valid untuk menghasilkan sebuah kesimpulan yang jitu.
Katakanlah bahwa skeptisme ini mengilhami keingintahuan anda. Lagipula, tidak adil jika mengabaikan berbagai gagasan baru. Hasil dari skeptisme tadi anda akan mencari artikel mengenai kaitan antara vitamin C dan pencegahan flu.
Setelah membaca beberapa laporan kamu menemukan bahwa vitamin C sebagai pencegah flu telah terbukti namun hasilnya tidak konsisten dan berbeda pada setiap orang. Kesimpulannya vitamin C diperlukan untuk menjaga fungsi tubuh secara keseluruhan namun tidak bertanggungjwab untuk mencegah orang terkena flu atau mengobati flu pada seseorang.
Setelah membaca beberapa laporan kamu menemukan bahwa vitamin C sebagai pencegah flu telah terbukti namun hasilnya tidak konsisten dan berbeda pada setiap orang. Kesimpulannya vitamin C diperlukan untuk menjaga fungsi tubuh secara keseluruhan namun tidak bertanggungjwab untuk mencegah orang terkena flu atau mengobati flu pada seseorang.
Pendidikan adalah proses berfikir |
Dampak Rendahnya Critical Thinking
Saat ini di Indonesia, ribuan bahkan jutaan informasi baru bermunculnan di media sosial setiap hari. Informasi tersebut tentu ada yang benar bahkan ada yang tidak. Namun karena critical thinking sebagian orang masih rendah, maka mereka menelan bulat-bulan informasi tersebut lalu men-share kepada orang lain, akhirnya ini menjadi pesan berantai negatif terstruktur dan masif.
Inilah yang merusak pola pikir dan kehidupan masyarakat kita saat ini. Isu SARA merebak di masyarakat dengan cepat. Seseorang seolah paham tentang sesuatu saat menerima satu informasi dari orang yang dianggap ahli padahal belum tentu kebenarannya. Inilah yang menjadi problema masyarakat kita dan harus diputus agar tidak merusak bangsa Indonesia.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus memberikan kemampuan berpikir kritis dari mulai anak-anak. Sekarang bukan jamannya anak menerima mentah-mentah informasi dari guru dan guru bukan selalu orang yang benar. Guru harus terbuka juga terhadap pertanyaan dan pemikiran siswa.
Guru harus memberikan pemahaman kepada siswa tentang pentingya critical thinking di era globalisasi saat ini. Jika zaman dahulu, sekolah tidak memberikan pemahaman tentang critical thinking maka rantai tersebut harus diputus mulai dari sekarang.
Semua guru dan lembaga pendidikan berkewajiban membuat siswa mampu berpikir kritis terhadap suatu persoalan agar era informasi saat ini tidak menjadi senjata yang dengan mudah bisa menghancurkan sendi kehidupan bangsa Indonesia.
Guru harus memberikan pemahaman kepada siswa tentang pentingya critical thinking di era globalisasi saat ini. Jika zaman dahulu, sekolah tidak memberikan pemahaman tentang critical thinking maka rantai tersebut harus diputus mulai dari sekarang.
Semua guru dan lembaga pendidikan berkewajiban membuat siswa mampu berpikir kritis terhadap suatu persoalan agar era informasi saat ini tidak menjadi senjata yang dengan mudah bisa menghancurkan sendi kehidupan bangsa Indonesia.
Gambar: www.qaspire.com